Jejak Sejarah: Evolusi Peraturan Offside dari Masa Klasik hingga VAR

Peraturan offside merupakan salah satu aturan paling rumit namun paling fundamental dalam sepak bola, yang secara dramatis telah membentuk evolusi taktik dan gaya bermain. Menelusuri Jejak Sejarah peraturan ini adalah memahami bagaimana olahraga ini bertransformasi dari kekacauan menjadi permainan yang terstruktur dan terperinci. Jejak Sejarah offside menunjukkan bahwa aturan ini selalu menjadi penyeimbang antara serangan yang efektif dan pertahanan yang terorganisir. Evolusi ini mencerminkan upaya tanpa henti untuk menjaga dinamika permainan. Mengikuti Jejak Sejarah offside hingga hari ini adalah memahami peran teknologi dalam olahraga.

Pada awal mula sepak bola, peraturan offside sangat berbeda, bahkan lebih ketat. Pada aturan Cambridge tahun 1848, yang dianggap sebagai cikal bakal aturan modern, seorang pemain dianggap offside jika berada di depan bola (mirip dengan aturan offside dalam rugby). Aturan ini sangat membatasi serangan, yang membuat skor cenderung rendah. Klub sepak bola pada masa itu, seperti Sheffield FC yang didirikan pada tahun 1857, harus berjuang keras mencari cara untuk mencetak gol di tengah aturan yang sangat ketat ini.

Perubahan signifikan pertama terjadi pada tahun 1925, yang dikenal sebagai “Aturan Tiga Pemain” (Tiga Pemain Lawan). Sebelumnya, penyerang dianggap onside jika setidaknya ada tiga pemain lawan (termasuk kiper) berada di antara dia dan gawang. Peraturan tahun 1925 mengurangi jumlah ini menjadi dua pemain lawan. Perubahan ini langsung membuka ruang di lapangan, mendorong permainan yang lebih cepat, dan menyebabkan peningkatan drastis dalam jumlah gol. Perubahan ini pula yang melahirkan taktik pertahanan offside trap (jebakan offside) yang populer di pertengahan abad ke-20.

Peraturan modern yang kita kenal saat ini lahir pada tahun 1990, yang menyatakan bahwa seorang penyerang dianggap onside jika dia sejajar dengan pemain kedua terakhir lawan. Aturan ini memberi keuntungan besar bagi penyerang. Puncaknya, sejak tahun 2019, penerapan teknologi Video Assistant Referee (VAR) mengubah wajah interpretasi offside. VAR, yang diuji coba secara ekstensif dalam Piala Dunia tahun 2018, memungkinkan wasit untuk menarik garis virtual dan mengukur posisi offside hingga hitungan milimeter. Meskipun memicu perdebatan tentang kecepatan dan semangat permainan, penerapan Semi-Automated Offside Technology (SAOT) pada turnamen besar pasca-2022 menunjukkan komitmen Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) untuk meningkatkan akurasi, sekaligus menutup Jejak Sejarah panjang kerumitan interpretasi offside.